Prof. Dr. Nairobi, Dekan FEB UNILA
INILAMPUNG.COM, Bandarlampung - Ditengah masih “riuh-rendahnya” dugaan pelanggaran integritas akademik yang ditengarai melilit beberapa guru besarnya, Universitas Lampung (Unila) juga menyimpan masalah lain.
Itulah kasus tewasnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) bernama Pratama Wijaya Kusuma saat mengikuti pendidikan dasar Organisasi Kemahasiswaan Pecinta Alam pada tanggal 10 sampai 14 November 2024 silam.
Seiring meletupnya aksi demo mahasiswa yang mengatasnamakan Aliansi FEB Menggugat pada hari Rabu (28/5/2025) lalu yang mendesak pimpinan fakultas mengambil langkah konkrit guna memastikan penyebab tewasnya Pratama, Dekan FEB Unila Prof. DR. Nairobi, menyatakan pihaknya bakal membentuk Tim Khusus Investigasi dari Rektorat untuk mencari fakta sebenarnya atas peristiwa tersebut.
Seperti diketahui, kalangan mahasiswa FEB Unila menduga tewasnya rekan mereka: Pratama Wijaya Kusuma, akibat mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh senior di Kaki Gunung Betung, Pesawaran Lampung pada 10-14 November 2024 lalu.
Dekan FEB Prof. DR. Nairobi mengaku, pihak fakultas sebelumnya sudah melakukan investigasi, dengan cara menemui orang tua korban.
“Tentang meninggal dunianya mahasiswa bernama Pratama Wijaya Kusuma sangat simpangsiur, maka pihak fakultas melakukan investigasi denganturun ke rumah orang tua korban atas perintah saya selaku dekan,” kata Nairobi, Minggu (1/6/2025), sebagaimana dikutip dari kupastuntas.com.
Lalu apa hasilnya? Sayangnya, saat itu pertemuan antara PD III FEB dengan orang tua korban, pihak Dekanat tidak ditunjukkan surat keterangan penyakit yang dialami korban.
“Dalam penjelasannya, orang tua Pratama (Alm) menerangkan penyebab kematiannya adalah akibat tumor yang diderita. Sayangnya, pihak FEB Unila pada saat pulang tidak diberikan atau ditunjukkan surat keterangan dari dokter atau lurah setempat tentang penyebab kematian Pratama,” ucap Prof. Nairobi.
Mengenai adanya aksi demo yang dilakukan oleh mahasiswa FEB Unila pada Rabu (28/5/2025) lalu di pelataran Dekanat, Prof. Nairobi menilainya sebagai sesuatu yang wajar saja, karena itu cara rekan almarhum minta penjelasan detail penyebab kematian Pratama.
“Jadi sangat wajar jika mahasiswa melakukan unjuk rasa terkait belum terangnya penyebab kematian rekan seangkatan mereka yaitu Pratama (alm),” kata Prof. Nairobi seraya menambahkan bahwa sebenarnya pihak keluarga tidak akan melakukan upaya-upaya hukum untuk kejadian yang viral ini.
Karena Kejadian meninggalnya Pratama sudah terjadi lebih kurang 6 bulan lalu.
Ia mengaku, saat ini pihaknya akan membentuk Tim Khusus dari Rektorat untuk menginvestigasi dan mencari fakta sebenarnya yang terjadi terkait kematian Pratama.
”Apapun hasilnya, kami pihak fakultas akan menerima dan kami berharap dengan penjelasan ini serta nanti hasil Tim Investigasi Unila semakin menguatkan keterangan yang sebelumnya kami terima dari PD III FEB,” tuturnya.
Selain itu, sambung Prof. Nairobi, hasil dari Tim Khusus Investigasi ini juga mampu dijadikan alat bukti yang kuat, jika Almarhum meninggal bukan karena penganiayaan.
“Dapat dijadikan alat bukti yang cukup untuk menyatakan dia (Pratama) meninggal bukan akibat penganiayaan atau kelalaian dari pihak mahasiswa atau mahasiswa pencinta alam yang ada di FEB Unila,” tandasnya. (kgm-1/inilampung)