Oleh, Dalem Tehang
PROSESI solat Jum’at pun dimulai. Khatib yang menyampaikan khutbahnya, setelah mengajak semua jamaah untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah, juga mengingatkan perlunya untuk tiada henti bersyukur dalam kondisi apapun.
“Karena Allah tidak akan pernah salah mempertemukan kita dengan seseorang atau lingkungan tertentu. Dimana kehadirannya akan membawa salah satu di antara dua hadiah, yakni kebahagiaan atau pengalaman,” tutur khatib yang merupakan napi dengan latarbelakang pengasuh sebuah pondok pesantren itu.
Dilanjutkan, ketika kita merasa susah, bersabarlah. Karena ia hanya sementara. Saat kita merasakan kesenangan, janganlah berbangga-bangga apalagi sombong, karena ia juga hanya sementara.
“Mantapkan hati dan pikiran dalam beristiqomah. Sebab, manusia bisa membuatmu sakit, sedang Allah membuatmu bangkit. Manusia bisa membuatmu terluka, tetapi Allah membuatmu bahagia,” sambung khatib.
Pria berbadan kurus itu menambahkan, semua orang bisa menjadi teman baik, namun tidak semua teman baik menjadikanmu baik. Karena itu, carilah teman yang bisa sama-sama membawa kebaikan.
“Ibnu Qudamah mengatakan: Ketahuilah bahwa mayoritas manusia binasa hanya karena takut cibiran dan cinta pujian sesamanya, sehingga seluruh gerak-geriknya disesuaikan dengan apa yang diridhoi manusia. Sementara Imam Al Ghazali menyampaikan pesan: Hidup sederhana tanpa ada hasrat untuk mencari perhatian di hadapan manusia adalah di antara sebab ketenangan hati dan bahagia,” urai sang khatib.
Ia menambahkan, hendaknya kita jangan hidup menurut keinginan orang lain sedangkan batin tertekan. Karena sedih dan bahagia pada hakekatnya kita sendiri yang merasakannya, bukan orang lain.
“Saat ini kita hidup di jaman dimana orang lain menilai kita tanpa tahu kita yang sebenarnya, maka belajarlah menjadi pemaaf, berhentilah menjadi pembenci, dan teruslah belajar memperbaiki diri. Jadilah kuat tanpa mengandalkan orang lain, karena tidak selamanya kita akan selalu dikelilingi orang baik,” imbuh sang khatib.
Mengakhiri khutbahnya, ia mengajak semua jamaah untuk menelaah dengan hati nurani dan pikiran yang bersih akan arti ayat 19 dari surah An Nur, yang berbunyi: Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akherat.
Seusai melaksanakan solat Jum’at yang diimami ustadz Umar, aku pun berpisah dengan sipir Fani. Aku kembali ke kamar, ia menuju tempat tugasnya. Di pos penjagaan luar. Sesampai di kamar, kawan-kawan telah duduk di lantai atas. Melingkar. Siap untuk makan siang bersama.
“Tinggal Teguh ya yang belum masuk?” tanya kap Yasin.
“Iya, kap. Tadi aku lihat, keluar masjid dia jalan ke arah kantin. Paling sebentar lagi juga dateng,” kata pak Ramdan.
Tamping kunci tampak berdiri di depan pintu kamar. Menunggu Teguh datang. Anton berinisiatif dengan memberinya satu batang rokok. Sambil berpesan agar ia menunggu Teguh, sampai anak muda yang tersandung kasus narkoba enam kilogram itu, datang.
Tidak beberapa lama kemudian, Teguh datang. Ia masuk ke kamar sambil membawa dua bungkusan. Satu berisi berbagai makanan ringan gorengan, satunya lagi langsung diserahkan kepadaku.“Sesuai janji, aku beliin ayah buku dan pulpen buat nulis cerpen,” ucap Teguh, saat menyerahkan bungkusan kepadaku.
“O iya, terimakasih banyak, Guh. Nambah semangat jadinya aku mau belajar buat cerpen,” jawabku dengan senyum sumringah.
Pak Ramdan langsung mengeluarkan berbagai makanan ringan dari bungkusnya. Berisi tahu, tempe, bakwan, juga pisang goreng.
“Banyak amat kamu beli gorengan ini, Teguh. Marah atau apa kamu beli sebanyak ini,” kata kap Yasin, melihat pak Ramdan harus mengeluarkan empat piring untuk tempat makanan ringan yang dibeli Teguh.
“Emang beli marah plus kesel tadi itu, kap. Awalnya, mau beli 15 potong aja. Eh, lama bener diladeninya. Akhirnya, aku borong semua aja yang baru diangkat dari wajan. Kepalang tanggung, kap,” sahut Teguh, dan tertawa ngakak.
“Kamu ini emang gila, Teguh. Jangan sering-sering kamu lakuin kayak gini. Kasihan kawan-kawan lain yang juga pengen beli,” tutur kap Yasin. Menasihati.
“Ketimbang lama antri dan nggak kebagian, bagusan diborong ginilah, kap,” tanggap Teguh, masih sambil tertawa.
Pak Waras langsung memulai memimpin doa makan siang. Semua menghentikan aktivitasnya. Mengikuti untaian doa dengan khusu’, baru dilanjutkan dengan makan siang. Kali ini kami menikmati lauk tumis ikan peda kiriman istriku. Ditambah dengan sambal terasi, dan tentu saja kerupuk.
Baru saja aku menikmati sebatang rokok selepas makan siang dan kongkow di ruang depan, seorang tamping datang. Memberitahu bila aku dipanggil komandan.
Dengan memakai kaos berkerah bertuliskan WBP kecil di bagian dada dan besar pada bagian punggung, bercelana jeans, dan memakai topi, aku keluar kamar. Tentu setelah meminta izin kepada kap Yasin dan kawan-kawan. Langkahku mengikuti jejak tamping yang menyusul. Menuju pos penjagaan luar.
“Masuk, pak,” terdengar suara komandan, begitu aku memasuki selasar pos penjagaan.
Saat aku masuk ke ruang pos penjagaan, ada pria berbadan besar tinggi yang duduk berdampingan dengan komandan.
“Ini pak Manto, pak. Beliau kabag umum disini, yang semalem saya ceritain,” ujar komandan, memperkenalkan pria dengan wajah simpatik tersebut.
Aku pun mengulurkan tangan. Memperkenalkan diri kepada kabag umum rutan bernama pak Manto tersebut.
“Abang sehat-sehat aja kan?” tanya pak Manto, seusai kami bersalaman. Menunjukkan sikap persahabatan dan seakan kami telah saling mengenal sebelumnya.
“Alhamdulillah, terus dikasih sehat dengan Yang Kuasa,” jawabku, dengan tersenyum.
“Alhamdulillah. Yang penting dalam hidup ini ya sehat itulah, bang. Itulah rejeki yang nggak ada bandingan nilainya. Saya denger abang rajin jogging. Bagus itu. Jaga kebugaran badan memang nggak boleh disepelein,” sambung pak Manto, juga sambil melepas senyumnya.
Komandan memerintahkan tamping membeli tiga bungkus jus alpokat dan cemilan di kantin. Setelah tamping menyajikan minuman dan makanan kecil di meja kecil yang ada di ruangan, ia meminta tamping tersebut keluar dan menutup pintu pos penjagaan. (bersambung)

